Halaman

Selasa, 12 Juni 2012

Baju daerah vs baju polisi

Waktu itu sekolah Aira mau ngadain acara memperingati hari kartini. Tadinya mau ikut yang gabungan se tangsel di pamulang, tapi bu guru membatalkan schedule tsb, karena lokasi yang lumayan jauh. Lalu muncullah ide untuk membuat acara sendiri di sekolah. Setiap murid dikenakan biaya untuk konsumsi sebesar 10rb, dan harus mengenakan pakaian daerah seperti lazimnya kalau kartinian. Aira sendiri minta pakai kostum polisi, karena dia dengar temen2 yang lain pada mau pake baju tsb. Aku sebenernya pengen dandanin dia dengan baju kebaya dengan bawahan kain, tapi pasti agak ribet. Kalo untuk rambut sih aku ga berani berangan-angan untuk nyanggulin dia, karena pasti gak mau. Soalnya pake kuncir or sekedar jepit aja dia udah risih,apalagi pake acara di sasak segala, bisa-bisa sampe sekolah jadi rambut singa. Sempet bingung juga mau pakein baju apa ke Aira, kalau kata bu guru sih pake batik or baju princess juga boleh, yang penting ngeramein aja kalo untuk kelas kelompok bermain (KB).
Dirumah, aku cerita tentang acara kartinian ini sama tetanggaku. Sekalian aku mau cari info untuk tempat penyewaan baju yang murah. Lalu dia cerita panjang lebar tentang tempat sewa baju adat, katanya kisaran harga perbaju antara 75-80rb.  Waduuh mahal sekali ya untuk ukuran acara sejam. Belum tentu anaknya mau lagi dipakein baju daerah, karena Aira udah kekeh pengen pake baju polisi. Dia antusias banget kalo lagi cerita sama ayah mau kartinian pake baju polisi. Karena ngeliat aku bingung, tetanggaku bilang kalo dia punya baju dayak, bekas pakai anaknya waktu TK dulu. Sore harinya diantarlah baju daerah Kalimantan itu kerumah. Bajunya menurutku cantik, warnanya hitam dihiasi dengan beragam manik-manik dengan motif khas dayak. Baju itu terdiri dari dua bagian, atasan tanpa lengan dan bawahan berupa rok panjang. Sayang, bagian hiasan untuk kepalanya udah gak ada, katanya ilang, dimainin anak-anak. Terus gimana reaksi Aira?? Pas aku kasih liat baju itu, spontan dia geleng kepala sambil teriak, “Ia maunya baju polisi” aku yang sayang ngeluarin uang 80rb an itu, berusaha untuk membujuknya *emak pelit*. Dengan berbagai cara aku dan si ayah coba bujuk Aira. Awalnya sama sekali gak mau nyentuh tuh baju, lama-lama aku cobain atasnya, dia mau, trus bawahnya, dia bilang “gak bisa jalan” , padahal Aira kelihatan pangling lho pake baju itu. Kalau dia sih kebanyakan protes, bilang gerah lah, sakit lah, malu ketek nya keliatan,dll.
Malam harinya, pas ayah pulang kerja, kami nyoba makein baju itu lagi sama Aira. Dia tetep ogah,tapi aku tetep kekeh. Akhirnya si ayah puny aide untuk buat hiasan kepala dari daun mangga. Akhirnya aku bikini tuh hiasan kepala dari daun mangganya, dengan cara menjahit setiap bagian ujung daun dengan daun lainnya hingga membentuk lingkaran. Nggak disangka, Aira suka hiasan itu. Karena bajunya sedikit kebesaran, aku kecilin bagian rok dan bagian badannya. 

Akhirnya, hari yang dinanti-nanti tiba juga. Hari itu, tepatnya tgl 26 April 2012, Aira bikin catatan baru dalam hidupnya *ciee*. Untuk pertama kalinya dia akan tampil diatas panggung bak seorang model. Aira yang aku dandani seadanya lengkap dengan baju dayaknya, terlihat cantik hari itu. Di sekolah, teman-temannya yang lain juga sangat lain penampilannya. Ada yang pakai baju kebaya lengkap dengan sanggul, baju adat bali, baju koko, baju batik, baju princess dan ups…banyak yang pakai baju polisi. Aku khawatir Aira akan ngambek dan protes ketika lihat temannya pakai seragam polisi itu. Untungnya gak sampe ngambek, dia Cuma bilang “bunda, temen Ia pake baju polisi…” itu saja yang dia ucapkan. Ya sudahlah nak, terima saja nasibmu…*hehe*. Anak-anak kemudian diarahkan untuk menuju studio foto mini yang sudah disiapkan oleh sang fotografer. Dengan arahan si om fotografer, Aira mau juga di foto sendiri. Giliran dengan teman-teman yang lain. Yang sudah mendapat giliran, langsung menuju depan panggung untuk kembali bergiliran naik sesuai dengan absen. Kalau Aira lucu, dia mau jalan tapi pegangan sama bunda..padahal gak sampe 2meter kali tuh red carpetnya. Namanya juga pengalaman pertama, mungkin dia masih demam panggung. Tahun berikutnya harus lebih PD lagi ya de…
Acara yang digelar dengan sederhana itu cukup menarik. Setidaknya melatih anak-anak untuk percaya diri. Meskipun kelas kelompok bermain hanya sebagai tim hore alias tidak ada yang jadi juara, tapi mereka senang. Karena setelah itu, acara dilanjutkan dengan makan bersama, baik anaknya maupun para orangtua yang mengantar. Kalau urusan makan-makan, ibu-ibu paling heboh deh, anak-anak aja kalah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar