Waktu itu sekolah Aira mau ngadain acara memperingati hari
kartini. Tadinya mau ikut yang gabungan se tangsel di pamulang, tapi bu guru
membatalkan schedule tsb, karena lokasi yang lumayan jauh. Lalu muncullah ide
untuk membuat acara sendiri di sekolah. Setiap murid dikenakan biaya untuk
konsumsi sebesar 10rb, dan harus mengenakan pakaian daerah seperti lazimnya kalau
kartinian. Aira sendiri minta pakai kostum polisi, karena dia dengar temen2
yang lain pada mau pake baju tsb. Aku sebenernya pengen dandanin dia dengan
baju kebaya dengan bawahan kain, tapi pasti agak ribet. Kalo untuk rambut sih
aku ga berani berangan-angan untuk nyanggulin dia, karena pasti gak mau.
Soalnya pake kuncir or sekedar jepit aja dia udah risih,apalagi pake acara di
sasak segala, bisa-bisa sampe sekolah jadi rambut singa. Sempet bingung juga
mau pakein baju apa ke Aira, kalau kata bu guru sih pake batik or baju princess
juga boleh, yang penting ngeramein aja kalo untuk kelas kelompok bermain (KB).
Dirumah, aku cerita tentang acara kartinian ini sama
tetanggaku. Sekalian aku mau cari info untuk tempat penyewaan baju yang murah. Lalu
dia cerita panjang lebar tentang tempat sewa baju adat, katanya kisaran harga
perbaju antara 75-80rb. Waduuh mahal
sekali ya untuk ukuran acara sejam. Belum tentu anaknya mau lagi dipakein baju
daerah, karena Aira udah kekeh pengen pake baju polisi. Dia antusias banget
kalo lagi cerita sama ayah mau kartinian pake baju polisi. Karena ngeliat aku
bingung, tetanggaku bilang kalo dia punya baju dayak, bekas pakai anaknya waktu
TK dulu. Sore harinya diantarlah baju daerah Kalimantan itu kerumah. Bajunya
menurutku cantik, warnanya hitam dihiasi dengan beragam manik-manik dengan
motif khas dayak. Baju itu terdiri dari dua bagian, atasan tanpa lengan dan
bawahan berupa rok panjang. Sayang, bagian hiasan untuk kepalanya udah gak ada,
katanya ilang, dimainin anak-anak. Terus gimana reaksi Aira?? Pas aku kasih
liat baju itu, spontan dia geleng kepala sambil teriak, “Ia maunya baju polisi”
aku yang sayang ngeluarin uang 80rb an itu, berusaha untuk membujuknya *emak
pelit*. Dengan berbagai cara aku dan si ayah coba bujuk Aira. Awalnya sama
sekali gak mau nyentuh tuh baju, lama-lama aku cobain atasnya, dia mau, trus
bawahnya, dia bilang “gak bisa jalan” , padahal Aira kelihatan pangling lho
pake baju itu. Kalau dia sih kebanyakan protes, bilang gerah lah, sakit lah,
malu ketek nya keliatan,dll.
Malam harinya, pas ayah pulang kerja, kami nyoba makein baju
itu lagi sama Aira. Dia tetep ogah,tapi aku tetep kekeh. Akhirnya si ayah puny
aide untuk buat hiasan kepala dari daun mangga. Akhirnya aku bikini tuh hiasan
kepala dari daun mangganya, dengan cara menjahit setiap bagian ujung daun
dengan daun lainnya hingga membentuk lingkaran. Nggak disangka, Aira suka
hiasan itu. Karena bajunya sedikit kebesaran, aku kecilin bagian rok dan bagian
badannya.
Akhirnya, hari yang dinanti-nanti tiba juga. Hari itu,
tepatnya tgl 26 April 2012, Aira bikin catatan baru dalam hidupnya *ciee*.
Untuk pertama kalinya dia akan tampil diatas panggung bak seorang model. Aira
yang aku dandani seadanya lengkap dengan baju dayaknya, terlihat cantik hari
itu. Di sekolah, teman-temannya yang lain juga sangat lain penampilannya. Ada
yang pakai baju kebaya lengkap dengan sanggul, baju adat bali, baju koko, baju
batik, baju princess dan ups…banyak yang pakai baju polisi. Aku khawatir Aira
akan ngambek dan protes ketika lihat temannya pakai seragam polisi itu.
Untungnya gak sampe ngambek, dia Cuma bilang “bunda, temen Ia pake baju
polisi…” itu saja yang dia ucapkan. Ya sudahlah nak, terima saja nasibmu…*hehe*.
Anak-anak kemudian diarahkan untuk menuju studio foto mini yang sudah disiapkan
oleh sang fotografer. Dengan arahan si om fotografer, Aira mau juga di foto
sendiri. Giliran dengan teman-teman yang lain. Yang sudah mendapat giliran,
langsung menuju depan panggung untuk kembali bergiliran naik sesuai dengan
absen. Kalau Aira lucu, dia mau jalan tapi pegangan sama bunda..padahal gak
sampe 2meter kali tuh red carpetnya. Namanya juga pengalaman pertama, mungkin
dia masih demam panggung. Tahun berikutnya harus lebih PD lagi ya de…
Acara yang digelar dengan sederhana itu cukup menarik.
Setidaknya melatih anak-anak untuk percaya diri. Meskipun kelas kelompok
bermain hanya sebagai tim hore alias tidak ada yang jadi juara, tapi mereka
senang. Karena setelah itu, acara dilanjutkan dengan makan bersama, baik
anaknya maupun para orangtua yang mengantar. Kalau urusan makan-makan, ibu-ibu
paling heboh deh, anak-anak aja kalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar